Trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah salah satu novel Indonesia yang meninggalkan kesan pada diri saya. Jadi, ketika ada teman blogger yang memberitahukan ada acara pemutaran khusus film yang didasarkan pada novel ini, saya segera mendaftarkan diri sebagai peserta. Film tersebut berjudul Sang Penari (The Dancer).
Film Sang Penari disutradarai oleh Ifa Isfansyah dan didukung oleh artis-artis papan atas seperti Oka Antara, Pia Nasution, Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo, Happy Salma, dan Lukman Sardi. Skenario ditulis oleh Salman Aristo, Ifa Isfansyah, dan Shanty Harmayn. Sedianya, film ini baru akan “resmi” akan diputar di bioskop kesayangan kita pada tanggal 10 November 2011. Namun, sebagai media promosi, pemutararan khusus film ini diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia. Pemutaran khusus perdana film ini sendiri diselenggarakan di Yogyakarta, tanggal 16 Oktober 2011 kemarin, dan saya termasuk salah seorang yang beruntung mendapatkan tiket untuk menontonnya (gratis lho.. :D)
Adegan dibuka di Dukuh Paruk, sebuah dukuh miskin yang terkenal karena Ronggengnya. Ronggeng terakhir (Happy Salma) meninggal setelah teracuni tempe bongkrek yang dibuat oleh orang tua Srintil. Srintil kecil harus kehilangan orang tuanya karena mereka memutuskan untuk bunuh diri dengan memakan tempe bongkrek beracun buatan mereka sendiri. Beberapa tahun kemudian, sesepuh desa merasa bahwa Srintil (Pia Nasution) adalah ronggeng Dukuh Paruk selanjutnya. Rasus (Oka Antara) yang mencintai Srintil sejak kecil tidak ingin Srintil menjadi ronggeng, namun Srintil memaksa sehingga akhirnya Rasus pun mengalah. Keterampilan Srintil segera membuat Dukuh Paruk kembali berjaya dengan ronggengnya. Tak tahan melihat apa yang terjadi, Rasus memutuskan untuk menjadi tentara.
Para penduduk dukuh yang lugu tidak menyadari bahwa mereka dimanfaatkan oleh kang Bakar (Lukman Sardi) untuk mencari dukungan bagi partai komunis. Ketika terjadi pergolakan pada tahun 1965, para penduduk dukuh dianggap sebagai anggota partai dan ditangkap. Rasus yang telah menjadi tentara kemudian berusaha mencari kekasihnya Srintil yang telah hilang.
Mengangkat sebuah novel ke dalam film memang tidak mudah. Walau film Sang Penari didasarkan pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, namun tetap saja ada beberapa perbedaan cerita di antara keduanya. Film ini menurut saya sangat bagus bila dibandingkan dengan film-film Indonesia lainnya saat ini yang dipenuhi cerita mistis. Film ini mencoba mengangkat sisi kebudayaan tradisional dengan tari-tarian, batik, dan logat ngapak khas Banyumas yang sering mengundang tawa. Film ini juga menampilkan potret suram bangsa saat terjadi pemberontakan partai komunis. Namun demikian, ada beberapa hal yang menurut saya kurang kuat ditampilkan di film ini. Misalnya keinginan Srintil untuk berumah tangga dan mempunyai anak hanya ditampilkan dengan beberapa adegan singkat. Selain itu, saya juga merasa tragedi dalam film ini tidak sekuat novelnya, walaupun ada beberapa penonton yang saya dengar menangis saat adegan tersebut berlangsung.
Film ini dengan segala keunggulan dan kekurangannya tetap merupakan salah satu film Indonesia yang layak untuk ditonton. Film ini dapat membuat teman-teman tersenyum, tertawa, takjub, dan menangis hingga akhir cerita. Akhir cerita, selamat menonton ketika film ini telah beredar di bioskop kesayangan teman-teman semua… 😀
NB. Review tentang film ini juga ditulis oleh teman blogger saya tersebut.
Aaaah, pingin nonton :(.. pingin banget
ayo mbak.. jangan lupa.. tanggal 10 November 2011 di bioskop kesayangan anda.. hehe
amazing! meskipun filmnya agak berbeda dari novelnya, tapi bisa memenuhi harapan dari para pembaca. saya suka! 😉
NB: tokoh yang paling saya suka adalah Kang Sakum
Kang Sakum!!
Iya, Jeng Nganten…
hehe.. khas banget ya.. 😀
10 november 2011, ok deh dicatet tanggalnya
jangan lupa langsung ke bioskop ya mas 😀
pengen nonton…
ayo mas nonton.. 😀
Saya suka baca novelnya tapi belum nonton filmnya..
Filmnya cukup bagus kok mas.. 😀
Coba ditonton.. 🙂
dvd-nya sdh keluar belum ya 😀
lagi seneng nonton dirumah nich 😀
kan baru di bioskop tanggal 10 November.. ya blum ada lah…
wew,ternyata 16 oktober dan tayang,dpt gratis pula, beruntungnya ^_^.saya penggemrnya ahmad tohari,moga bs nontong langsung di bisokop:D
ayo mas.. semoga bisa.. hehe.. 😀
dan semoga pula bisa dapat gratisan *minta bayarin teman* wakakaka *ngarep dot com* 😀
hehe.. cari temennya dong mas.. hehe 😀
gak pernah denger soal buku or filmnya, tapi karena disini dibilang recommended, boleh lah yaa 😀
silahkan ditonton di bioskop kesayangan anda.. hehe 😀
wah trilogi itu ya..
Blm sempat membaca sih..
Tp kayaknya bikin penasaran..
lihat filmnya aja mas..
novelnya juga kayaknya mau diterbitin ulang 😀
novelnya wajib baca lho di jurusan saya
oh ya? mas di jurusan bahasa Indonesia??
novel ini memang legendaris mas.. saya pas masih SMP juga sempat baca di LKS.. 😀
berarti film ini termasuk sejarah juga ya ? 🙄
-Salam Hangat-
iya,, berlatar belakang sejarah sedikit.. 😀
Sepertinya banyak makna yang tersirat dalam film ini 😀
he em.. ada beberapa yang dicoba diangkat dalam film ini… 😀
Pic nye hot mas
itu dari poster promosi filmnya.. 🙂
Suka banget sama film yang sangat bernuansa Indonesia, biasanya film itu bener-bener digarap dengan serius dan lebih ‘berkelas’, jadi penasaran pengen nonton, mulai besok 10 november kan? infonya bagus mas arifn
terima kasih.. selamat menonton dan menikmati Indonesia.. hehe 😀