RIP PgDn

Hari itu tidak hujan. Cuaca masih panas seperti biasanya. Tidak ada tanda-tanda bahwa sesuatu yang dahsyat akan terjadi. Aku duduk di meja kerja seperti biasa. Komputer lipat ada di sisi meja sebelah kiri. Gelas minuman berada pada sisi sebelah kanan. Mudah dijangkau jika tiba-tiba merasa haus ketika sedang mengerjakan sesuatu.

Aku masih mengerjakan beberapa pekerjaan, sama seperti malam-malam biasanya. Tenggorokan tiba-tiba meminta untuk dialiri air untuk mengurangi dahaga. Aku mengambil gelas yang berisi air dan mendekatkannya ke mulut. Satu teguk, dua teguk, tiga teguk. Air dalam gelas masih bersisa. Gelas kutaruh dalam posisi kurang sempurna. Gerakan tangan tiba-tiba menyenggol gelas dan air pun membasahi papan ketik komputer.

Aku terhenyak, lalu segera mengampil kain lap. Tombol sisi sebelah kanan papan ketik merasakan dinginnya air. Aku segera memberikan pertolongan pertama dengan membasuh mereka. Lalu dengan segera mematikan komputer. Kepalaku pusing, bibir komat-kamit memanjatkan doa semoga tidak terjadi apa-apa. Pikiran sempat melintas, apakah desain papan ketik ini spill-resistant? (*eh?)

Satu menit, dua menit, lima menit, lima belas menit. Aku menghidupkan komputer lagi. Aku mencoba menekan-nekan papan ketik. Jariku terhenti di papan arah sebelah kanan. Aku menekan sekali tombol kanan. Komputer membisu menghiraukanku. Aku menekan lagi, lagi, dan lagi. Komputer masih membisu. Keringat mulai turun. Aku melanjutkan pemeriksaan ke tombol lain. Aku menekan tombol PgDn. Komputer membisu lagi. Aku menekan tombol panah ke bawah. Tiba-tiba kursor berlari tunggang-langgang ke bawah tak terkendali. Aku terengah-engah kehabisan nafas. Kemudian aku memutuskan untuk merestart komputer.

Komputer hidup kembali. Suara-suara mulai terdengar. Tombol bawah terus menekan terkunci. Terus ke bawah, ke bawah, ke bawah. Aku melawan. Kutekan tombol atas. Ke atas, ke atas, terus ke atas. Tombol bawah mengibarkan bendera putih. Dia berhenti menekan. Aku tersenyum. Tombol kanan dan PgDn masih membisu. Kumatikan komputer. Kubongkar paksa mereka. Kupaksa mereka turun dari singgasana yang telah diberikan kepada mereka sejak mereka diciptakan. Kubiarkan mereka merasakan bagaimana tidak duduk dalam singgasana. Lalu kutiup-tiup singgasana mereka. Kubersihkan singgasana mereka dengan harapan mereka mau bekerja kembali.

Tak lama, kupersilahkan mereka duduk kembali dalam singgasana. Komputer hidup. Tombol kanan hidup, alhamdulillah. Tombol PgDn tewas mengenaskan. RIP PgDn. Terima kasih untuk yang telah membaca hingga akhir.

23 tanggapan untuk “RIP PgDn

  1. semoga diterima amal ibadahnya… qiqiqiqiii…

    mungkin papan kekuncinya gag doyan air.. coba disiram kecap ato saos, siapa tau kembali berfungsi ^^

  2. Hidup ane katanya berantakan om ditambah rambut ane,, tapi kalo udah baca artikel kok berubah jadi rapi yaaa.. Hehehe.. 😛

  3. Weleh weleh.. Begini ya.. Ketika Orang Berilmu memberikan Ilmunya hanya ada 1 Kalimat “Semoga ilmu itu Berguna Untuk Orang Lain”.. 🙂

Ada apa di pikiranmu?